Beranda | Artikel
Mengucapkan Laa Ilaaha Illallah Dengan Ilmu
Rabu, 1 September 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Ahmad Zainuddin

Mengucapkan Laa Ilaaha Illallah Dengan Ilmu adalah ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Fathul Majid Syarh Kitab At-Tauhid. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc. pada Rabu, 23 Muharram 1443 H / 1 September 2021 M.

Kajian Tentang Mengucapkan Laa Ilaaha Illallah Dengan Ilmu

Dari ‘Ubadah bin Shamit, beliau berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَن شهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريكَ له، وأنَّ محمّدًا عبده ورسوله، وأنَّ عيسى عبدالله ورسوله، وكلمته ألقاها إلى مريم، وروح منه، والجنّة حقّ، والنّار حقّ؛ أدخله اللهُ الجنَّة على ما كان من العمل

“Barangsiapa yang bersyahadat “Laa Ilaaha Illallah Wahdahulaa Syarikalah,” dan bahwa Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah hambaNya dan RasulNya, dan bersyahadat bahwa ‘Isa hambaNya dan RasulNya, dan kalimat Allah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada Maryam, dan bahwasanya Nabi ‘Isa adalah ruh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan bersyahadat bahwa surga benar dan neraka benar, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala memasukkannya ke dalam surga atas apa yang telah dia amalkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

‘Ubadah bin Shamit

Beliau adalah Abu Al-Walid ‘Ubadah bin Shamit bin Qais Al-Anshari Al-Khazraji. Beliau salah satu pemimpin dari kaum Anshar, mengikuti perang Badar dan sahabat yang masyhur. Beliau meninggal tahun 34 H dalam usia 72 tahun, ada yang berkata bahwa beliau hidup dizaman kekhalifahan Mu’awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu ‘Anhu.

Syahadat Laa Ilaaha Illallah

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam “Siapa yang bersyahadat Laa Ilaaha Illallah” yaitu, seseorang yang berbicara dengan syahadat tersebut (dengan didasari) memahami maknanya dan mengamalkan konsekuensi-konsekuensinya (baik lahir maupun batin).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ…

Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan dosa orang-orang beriman laki-laki dan perempuan…” (QS. Muhammad[47]: 19)

Jadi sebelum mengucapkan Laa Ilaaha Illallah harus memahami/mengilmui makna dari Laa Ilaaha Illallah. Baru setelah itu ucapkan Laa Ilaaha Illallah. Adapun istighfar dalam ayat ini adalah gambaran mengamalkan konsekuensi Laa Ilaaha Illallah.

Lihat juga: Syarat-Syarat Laa Ilaaha Illallah

Juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَلَا يَمْلِكُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِهِ الشَّفَاعَةَ إِلَّا مَن شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Dan orang-orang yang berdoa kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memiliki syafaat kecuali yang bersyahadat dengan kebenaran dan dalam keadaan mereka menyadarinya.” (QS. Az-Zukhruf[43]: 86)

Ini menunjukkan bahwasanya orang yang bersyahadat harus dengan ilmu. Adapun sedekar mengucapkan tanpa memahami maknanya, tidak yakin terhadap ucapan tersebut, tidak beramal dengan apa yang menjadi konsekuensi dari ucapan Laa Ilaaha Illallah (yaitu berlepas diri dari kesyirikan, mengikhlaskan ucapan dan amal ibadah, baik itu ucapan lisan, hati atau amal perbuatan), maka syahadatnya ini tidak bermanfaat.

Jika seorang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah seribu kali, tapi kemudian meminta kepada orang yang mati, maka Laa Ilaaha Illallah yang dia ucapkan tidak bermanfaat. Hal ini karena dia tidak mengamalkan konsekuensi dari syahadat Laa Ilaaha Illallah.

Yang patut kita perhatikan bahwasannya konsekuensi dari syahadat Laa Ilaaha Illallah dipahami oleh kaum musyrikin. Oleh karena itu mereka mengatakan: “Apakah engkau menjadikan Tuhan-Tuhan yang banyak ini menjadi satu Tuhan?” Hal ini menunjukkan mereka paham bahwa Laa Ilaaha Illallah menjadikan Tuhan hanya satu, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hanya Allah yang berhak diibadahi, tiada sekutu bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Imam Al-Qurtubi di dalam kitab Al-Mufhim ala Shahih Muslim berkata:

باب لا يكفي مجرد التلفظ بالشهادتين بل لا بد من استيقان القلب

“Bab tidak cukup hanya sekedar mengucapkan dua kalimat syahadat saja. Akan tetapi wajib dengan hati yang yakin.”

Hal ini karena semua orang bisa mengucapkan dua kalimat syahadat. Oleh karena itu ketika mengucapkan Laa Ilaaha Illallah harus yakin bahwa tiada Tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah. Tidak bermanfaat syahadatnya kalau dia tidak yakin bahwa hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling berhak untuk diibadahi.

Bab ini adalah peringatan atas rusaknya pendapat kaum ekstrim dari kelompok Murji’ah. Dimana kaum Murji’ah yang ekstrim berpendapat bahwa mengucapkan dua kalimat syahadat sudah cukup di dalam keimanan. Artinya kalau orang sudah mengucapkan dua kalimat syahadat meskipun dia tidak beramal, maka ini sudah cukup menurut kelompok Murji’ah.

Dan hadits-hadits yang berkaitan dengan bab ini menunjukkan akan kerusakan pendapat Murji’ah. Bahkan pendapat ini adalah terkenal kerusakannya dari syariat Islam bagi siapa yang mempelajarinya.

Pendapat Murji’ah ini melazimkan darinya bolehnya kemunafikan dan menghukumi untuk orang munafik dengan keimanan yang benar. Tentu ini adalah kebatilan yang sangat pasti. Maka pendapat bahwasanya mengucapkan syahadat Laa Ilaaha Illallah sudah cukup meskipun tidak paham maknanya, tidak yakin tentang apa yang dia ucapkan, tidak diatas ilmu apa yang diucapkan, juga tidak mengamalkan konsekuensi-konsekuensinya, maka ini adalah pendapat yang batil.

Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari kita download dan simak mp3 kajiannya.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50632-mengucapkan-laa-ilaaha-illallah-dengan-ilmu/